Sistem Reproduksi



Makalah Disfungsi Ereksi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia di Dunia ini diciptakan dalam dua jenis, laki-laki dan perempuan. Keduanya ini memiliki karakteristik yang membedakan antara keduanya, baik yang nampak, maupun yang tidak nampak. Mulai dari tingkah laku, hingga struktur tubuhnya.
Struktur tubuh dari masing-masing jenis, memiliki susunan yang hampir sama, hanya saja berbeda dari segi bentuk tubuh, serta alat kelaminnya. Pada wanita, alat kelaminnya disebut vagina. Sedangkan pada laki-laki disebut penis. Pada dasarnya kedua jenis ini memiliki fungsi yang hampir sama, yaitu alat untuk membantu terjadinya pembuahan, serta untuk memenuhi kebutuhan biologis dari tiap-tiap individunya.
Akan tetapi, sering kali ditemukan masalah pada alat kelamin ini. Baik pada laki-laki dan perempuan. Seperti halnya pada perempuan, masalah yang seringkali timbul diantaranya adalah frigiditas. Sedangkan pada laki-laki, masalah yang kerap kali timbul diantaranya ejakulasi dini, disfungsi ereksi (impotensi), dll.
Akan tetapi masalah yang saat ini sering kali menjadi hal yang menakutkan adalah disfungsi ereksi atau impotensi. Khususnya bagi laki-laki dan secara tidak langsung pula berpengaruh terhadap perempuan. Karena pada dasarnya, disfungsi ereksi ini adalah kondisi dimana seorang laki-laki, kehilangan kemampuannya untuk mencapai dan mempertahannkan penisnya dalam keaadaan ereksi. Sehingga banyak orang menganggapnya sebagai penyakit yang berbahaya. Padahal pada dasarnya ini hanya merupakan kelainan saja.
Oleh karena itu, pada makalah kali ini, akan dibahas lebih jauh lagi masalah disfungsi ereksi atau impotensi, mulai dari jenis-jenis atau tipe-tipe disfungsi ereksi, penyebabnya serta bagaimana cara untuk menanganinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud Disfungsi Ereksi?
2.      Ada berapakah golongan dari Disfungsi Ereksi yang didasari dari tingkat keparahannya?
3.      Apasajakah yang menjadi penyebab terjadinya masalah Disfungsi Ereksi?
4.      Bagaimanakah cara untuk menangani masalah Disfungsi Ereksi?

C.     Tujuan
1.      Sebagai media dari seks edukasi bagi mahasiswa, khususnya laki-laki.
2.      Agar mahasiswa mengerti apakah yang dimaksud Disfungsi Ereksi itu yang sebenarnya.
3.      Agar mahasiswa mengetahui bangaimana cara menangani masalah dari disfungsi ereksi.

D.    Manfaat
Menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai masalah disfungsi ereksi, penyebabnya, serta cara-cara untuk menanganinya.

   
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Disfungsi ereksi adalah ketidak mampuan berulang pada pria dalam mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual        (Heffner, 2009).
Faktor penyebab disfungsi ereksi adalah usia, penyakit kronik, penggunaan berbagai jenis obat-obatan dan rokok ( Heffler, 2009).
Disfungsi ereksi dapat terjadi akibat masalah askulogenik, neurogenik, hormonal atau psikogenik, 80% keadaan yang menyebabkan disfungsi ereksi merupakan masalah organik yang diantaranya, ateroskleriosis, diabetes, hypertensi, efek samping obat, operasi prostat, hypertiroidisme, hipotiroidisme, hyperprolagtinemia dan hypogonadisme  (Heffler, 2009).
Hal yang menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi adalah ejakulasi dini, dan bisa juga disebabkan karena alkohol, penggunaan obat-obatan, keadaan kesehatan, ataupun operasi (Windhu, 2009).
Faktor-faktor emosi seperti stres, marah, tersinggung dan  takut juga bisa menjadi faktor penyebab impotensi (Windhu, 2009).
Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh psikis (stress), obat (misalnya golongan diuretik untuk antihipertensi seperti hidroklorotiazid karena dapat menghambat aliran darah ke penis), hormonal (kekurangan hormon testosteron sehingga mangalami penurunan libido), komplikasi penyakit (diabetes mellitus, hipertensi), pola hidup tidak sehat (merokok, alkoholik) (Akmal, 1999).
Dalam terapi disfungsi ereksi, yang menjadi sasaran terapi (bagian yang akan diterapi) adalah ereksi penis. Berdasarkan sasaran yang diterapi, maka tujuan terapi adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas ereksi penis yang nyaman saat berhubungan seksual. Kualitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menjaga ereksi. Sedangkan kuantitas yang dimaksud adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjaga ereksi (waktu untuk tiap-tiap orang berbeda untuk mencapai kepuasan orgasme,tidak ada waktu normal dalam ereksi) (Anonim, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Disfungsi Ereksi
Gangguan seksual (disfungsi seksual) yang dialami kaum pria selain ejakulasi dini (Edi) adalah disfungsi ereksi (DE) atau impotensi. Pada dasarnya, pria yang DE tidak mampu mendapatkan dan mempertahankan ereksi untuk aktivitas seksual memuaskan. Di mana proses-proses aktivitas seks terjadi dari naiknya libido, mengalami ereksi, kemudian ejakulasi dan terakhir merasakan orgasme.
Atau dengan kata lain, seseorang baru dikatakan disfungsi ereksi, apabila penisnya tidak dapat ereksi terhadap rangsangan yang diberikan oleh lawan jenisnya. Baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Adapun kalanya, orang yang mengalami disfungsi ereksi, bisa melakukan ereksi terhadap rangsangan dari lawan jenisnya. Akan tetapi kondisi itu hanya berlangsung dalam waktu yang singkat dan juga tidak dalam kondisi ereksi secara sempurna, atau yang biasa disebut sebagai ereksi setengah. Karena ereksi yang terjadi tidak dalam batas maksimal.
Menurut Dr Herdinan Bernard Purba, SpRM, seksolog dari RSCM, definisi ereksi melibatkan pembuluh darah di penis dan sistem syaraf. Penis terdiri atas dua struktur yang bermula pada bagian dalam pelvis dan mengalir sejajar satu sama lain sampai mencapai ujung-ujung penis.
Struktur-struktur tersebut terdiri atas jaringan spongiosa yang mengandung banyak pembuluh darah dan menciut. Sehingga menyebabkan aliran darah masuk dan penis keluar secara seimbang. Jadi apabila seseorang mengalami disfungsi ereksi, maka bagian itulah yang terganggu. Baik itu karena alasan kesehatan, usia, kebiasaan hidup dan lain sebagainya.

B.     Jenis-jenis Disfungsi Ereksi
Jenis-jenis dari disfungsi ereksi dapat digolongkan dari lama tidaknya kondisi ereksi, serta dari segi penyebabnya.
Berdasarkan lama tidaknya kondisi ereksi, maka disfungsi ereksi dapat digolongkan  menjadi:
1.      Disfungsi ereksi kecil, adalah jenis disfungsi ereksi yang dimana masih memungkinkan terjadinya ereksi serta masih dapat melakukan hungungan seksual namun dalam waktu yang sangat singkat.
2.      Disfungsi ereksi menengah (Sepintas Lalu), adalah jenis disfungsi ereksi yang dimana masih memungkinkan terjadinya ereksi, namun tidak bisa melakukan hubungan seksual karena tidak dapat mempertahankan ereksinya.
3.      Disfungsi ereksi sejati, adalah jenis disfungsi ereksi yang dimana tidak memungkinkannya terjadi ereksi terhadap setiap rangsangan. Atau dengan kata lain disfungsi yang benar-benar tidak bisa lagi mengalami ereksi.
Berdasarkan faktor penyebabnya, maka disfungsi ereksi dapat digolongkan menjadi:
1.      Disfungsi ereksi (DE) primer adalah disfungsi ereksi yang sudah terjadi sejak masa muda (anak-anak). Penderita seperti ini belum/tidak pernah mengalami ereksi. Gangguan fungsi seksual ini pada umumnya disebabkan oleh masalah psikis/psikologis. Jarang karena faktor organik Pan-hypo-pituitrism,Cushing syndrome, Acromegali, dan lain sebagainya
2.      Disfungsi ereksi sekunder, adalah disfungsi ereksi yang terjadi setelah mengalami penyakit tertentu misal diabetes millitus, hiper-kolesterol, hipertensi, prostat, depresi , dll.
Diabetes Millitus (kencing manis)
American Anti –Diabetic Association meramalkan penderita kencing manis akan menderita disfungsi ereksi dalam waktu 10 tahun .
Hiper kolesterol
Menurut studi 80 persen pria dengan kholesterol total > 240 mg/dl akan mengalami DE .
Hipertensi
Beberapa obat golongan antihipertensi bersama obat antiandrogen dan antibiotik bisa menyebabkan terganggunya mekanisme ereksi.
Prostat
Gangguan prostat kebanyakan dialami pria lansia . Ini bisa berakhir dengan prostatektomi (operasi pengambilan prostat ). Salah satu efek sampingnya adalah DE. Tapi tergantung prosedur teknik, dan ketrampilan dokter yang melakukan operasi pengangkatan kelenjar prostat .DE jenis sekitar 15 – 57 %
Depresi
Beberapa studi membuktikan depresi terkait erat dengan fungsi seksual "Depresibisamenghilangkan minat seksual ", Pria lansia yang mengkonsumsi obat antidepresi tanpa aturan yang jelas juga berisiko menimbulkan disfungsi ereksi. Akan tetapi pemakaian obat antidepresi dalam jangka pendek bisa menghambat terjadinya ejakulasi dini, namun pemakaian jangka panjang akan mengurangi volume ejakulat, menyebabkan DE, dan menurunkan libido
Selain itu, DE bisa terjadi secara Absolut yaitu kapan dan dimana saja, dalam keadaan yang bagaimanapun tidak bisa ereksi. Selektif artinya hanya bisa ereksi dalam suasana dan/atau pasangan tertentu. Maupun Relatif terkadang bisa dan tidak bisa ereksi begitu pula dengan kualitas ereksinya.

C.    Faktor-faktor Penyebab Disfungsi Ereksi
Penyebab utama DE karena faktor kejiwaan. Artinya, disfungsi seksual ini banyak dipengaruhi karena faktor stres mental dan fisik.
Salah satu penyebabnya karena kesibukan dalam pekerjaan sehingga tidak memberi kepuasan kepada pasangan. Atau karena capek fisik dan menderita psikis. Jadi, syarat utama supaya tidak DE harus sehat mental dan fisik. Dengan demikian hubungan seksual bisa dilakukan optimal.
Tak hanya itu saja, peluang DE meningkat seiring dengan bertambahnya umur. DE juga bisa merupakan salah satu gejala dari berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit-penyakit kardiovaskular, hiperlipidemia dan hipertensi. DE juga bisa terjadi sebagai dampak dari terapi obat, operasi besar, atau radioterapi.
Diperkirakan pada 1995, terdapat lebih dari 152 juta pria di seluruh dunia yang menderita DE. Proyeksi pada 2025 menunjukkan prevalensi sekira 322 juta pria, artinya akan terjadi penambahan sebanyak 170 juta penderita DE dalam kurun waktu 30 tahun.
Selain itu, faktor penyebab lain dari disfungsi ereksi adalah hormonal (kekurangan hormon testosteron sehingga mangalami penurunan libido), komplikasi penyakit (diabetes mellitus, hipertensi), pola hidup tidak sehat (merokok, alkoholik) serta karena pengaruh kinetik (pernah mengalami luka yang serius).

D.    Cara Menangani Disfungsi Ereksi
Penanganan Disfungsi ereksi harus berdasarkan pendekatan holistik karena manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiriritual. Dengan memahami etiologi serta patogenesis disfungsi seksual dapat dipilih terapi yang rasional.
Pada prinsipnya alternatif terapi untuk DS meliputi:
1. Disfungsi Ereksi Psikogenik
Terapi psiko seksual dan obat-obatan per oral berupa kimia, herbal,dan perbaikan nutrisi.
Obat intra uretral adalah dengan MUSE ( Medicated Uretral System for Erection) yakni dengan injeksi intra kavernosum
2. Disfungsi Ereksi Fisiogenik
Hentikan obat-obatan yang dapat menyebabkan disfungsi seksual dan cari penyebabnya.
3. Disfungsi Ereksi Penyebab Organik
Dapat diterapi dengan obat per oral, MUSE, injeksi intra kavernosum, alat vakum, dan pembedahan.


BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
1.      Disfungsi ereksi adalah ketidak mampuan berulang pada pria dalam mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual.
2.      Disfungsi ereksi dapat digolongkan kedalam disfungsi ereksi kecil, menengah dan sejati serta disfungsi ereksi primer dan sekunder.
3.      Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh psikis, obat, hormonal, komplikasi penyakit serta pola hidup tidak sehat.
4.      Disfungsi ereksi dapat ditangani dengan cara Dapat diterapi dengan obat-obatan, MUSE, injeksi intra kavernosum, alat vakum, dan pembedahan atau operasi.

B.     Saran
1.      Pembahasannya kurang terperinci.
2.      Harap dikaji lebih dalam dan lebih spesifik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Akmal ,Taher.1999 . Model penanganan penderita Disfungsi Ereksi, Jakarta. Kawan Pustaka.


Arsyad, K.M. 2000. Infertilitas dan gangguan fungsi seksual pada pasutri hubungannya dengan keharmonisan keluarga. Dexa Medika.

Heffner, Linda J. Schust, Danny J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta. Erlangga.

Rahimsyah, MB. Sri Hartatik A. 1992 . Sex dan Obat Leluhur. Ramuan Sorga. Surabaya.  Karya Ilmu.

Steeno O. 1974. Impotensia Seksual pada orang laki-laki. Surabaya. Airlangga Univ Press.

Sugriwa,Prativi D. 1990. Problem Sexual pria dan Wanita. Surabaya: Gardika Karya.

Windhu, Siti Chandra. 2009. Disfungsi Seksual. Yogyakarta. Andi Offset.


Makalah Siklus Menstruasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan dalam perbedaan, di mana dunia dihuni oleh dua jenis manusia yang saling berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Setiap makhluk memiliki karakter tersendiri sebagai anugerah dari Sang Pencipta, baik itu hewan maupun tumbuhan termasuk manusia. Laki-laki diciptakan dengan karakternya sendiri, begitupun juga dengan perempuan.
Perempuan/wanita memiliki berbagai ciri khas yang melekat pada dirinya, bukan hanya dari segi sifat pribadinya namun juga yang lebih membedakannya dari laki-laki adalah dari segi biologis. Laki-laki dan perempuan masing-masing memiliki alat reproduksi yang akan menghasilkan keturunan-keturunan untuk melanjutkan kehidupan manusia, namun dalam tujuan menghasilkan keturunan tersebut terdapat berbagai proses yang terjadi terkait dengan alat reproduksi ini.
Khususnya wanita, rahim atau ovarium adalah tempat bakal calon individu yang akan dilahirkannya jika terjadi fertilisasi dari sperma laki-laki. Di dalam ovarium terjadi siklus yang dikenal dengan sebutan “menstruasi”. Menstruasi adalah keadaan ketika sel telur(ovum) tidak dibuahi oleh sel sperma laki-laki sehingga terjadi peluruhan dinding rahim, dalam hal ini berarti wanita tersebut dalam keadaan tidak mengandung atau hamil.
Menstruasi itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis(internal) di dalam tubuh, meskipun ada juga faktor eksternal atau lingkungan yang mempengaruhi wanita tersebut. Menstruasi juga memiliki siklus tersendiri yang hanya diketahui oleh wanita yang mengalaminya. Akan tetapi, tidak semua wanita mengetahui seperti apa proses ataupun mekanisme yang terjadi di dalam tubuhnya sehingga menyebabkan ia menstruasi secara biologis.
Oleh karena itu, makalah ini disusun sedemikian rupa dengan harapan agar mahasiswa, khususnya wanita dapat mengetahui seluk-beluk tentang menstruasi termasuk proses dan segala sesuatu yang mempengaruhinya.     
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Menstruasi?
2.      Hormon-hormon apa saja yang mempengaruhi siklus menstruasi?
3.      Bagaimana siklus dan mekanisme terjadinya menstruasi?
4.      Hal-hal apa saja yang terjadi selama menstruasi?
C.     Tujuan
1.      Sebagai bahan pembelajaran dalam bidang seksiologi bagi mahasiswa.
2.      Mahasiswa mampu memahami konsep menstruasi dan mekanisme terjadinya pada wanita.
D.    Manfaat
Memberikan pengetahuan dan pemahaman serta menambah wawasan mahasiswa mengenai menstruasi dan proses-proses yang menyertai terjadinya menstruasi pada wanita.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi (Anonim, 2010).
Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang terjadi dalam uterus. Melalui kesepakatan, hari pertama periode menstruasi perempuan, atau hari pertama menstruasi, dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus tersebut. Fase aliran menstruasi (menstrual flow phase) siklus tersebut, saat pendarahan menstruasi (hilangnya sebagian besar lapisan fungsional endometrium) terjadi, umumnya berlangsung selama beberapa hari (Campbell, 2004).
Lima hormon berpartisipasi dalam suatu skema rumit yang melibatkan baik umpan-balik negatif maupun umpan-balik positif. Hormon-hormon tersebut adalah hormon pembebas gonadotropin (GnRH), yang disekresikan oleh hipotalamus; hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi (LH), yang merupakan dua gonadotropin yang dihasilkan oleh pituitari anterior; dan estrogen (sebuah keluarga dari hormon-hormon yang saling berkerabat dekat) dan progesteron, yaitu dua hormon kelamin betina yang disekresikan oleh ovarium (Campbell, 2004).
Estrogen dihasilkan secara terus-menerus selama tahun-tahun reproduksi wanita. Selama periode ini estrogen memerankan peranan utama dalam siklus haid setiap bulan. Kurang lebih setiap 28 hari (siklus agak lebih lama atau lebih pendek atau malahan tak teratur lamanya, terdapat pada wanita yang sehat dan sempurna), sejumlah kecil darah dan hasi lainnya dari jaringan yang rusak dikeluarkan dari uterus (Kimball, 1983).
Menurut (Adnan,2009), Perubahan-perubahan siklik secara histologi yang terjadi pada endometrium selama siklus menstruasi, dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu :



Fase Proliferatif atau Fase Folikular
Sel-sel epitel di dasar kelenjar (di lapisan basalis) berproliferasi dan dengan cepat bermigrasi ke permukaan untuk menutupi superfisial mukosa, sehingga lapisan mukosa menjadi tebal 1-3 mm.
Fase Sekretoris atau Fase Luteal
Ketebalan endometrium berubah menjadi tebal 6-7 mm, akibat hormon progesteron dan estrogen dari korpus luteum.
Fase Menstruasi
Pembuluh darah terputus-putus, lapisan fungsional berkerut, sehingga terdapat celah di antara arteri spiralis akibat pengerutan dari arteri spiralis sehingga mengakibatkan darah merembes ke stroma, kemudian darah menembus ke permukaan mukosa dan merobeknya, akhirnya darah dikeluarkan bersama-sama lapisan fungsional endometrium yang terlepas melalui vagina, maka terjadilah menstruasi.
Perubahan-perubahan selama siklus menstruasi sangat erat kaitannya dengan perubahan-perubahan yang berlangsung di dalam ovarium. Perubahan-perubahan yang berlangsung pada ovarium meliputi tiga tahap adalah (i) pra ovulasi (ii) ovulasi, dan (iii) pasca ovulasi. Tahap pra ovulasi adalah jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi. Lamanya tahap pra ovulasi dapat berubah-ubah pada seseorang dan berbeda di antara para wanita. Tahap pasca ovulasi adalah jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid berikutnya (Adnan, 2010).

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid berasal dari lumen uterus dan timbul akibat terlepasnya bagian lapisan fungsional dari endometrium yang sebelumnya dipersiapkan untuk menerima sel teluryang telah dibuahi atau zygot. Lama menstruasi berkisar 2-6 hari. Jangka waktu dari haid pertama sampai hari pertama haid berikutnya disebut daur haid atau siklus menstruasi. Siklus menstruasi dianggap normal apabila berlangsung di antara 21-45 hari lamanya, dan dikatakan teratur bilamana perbedaan dalam daur haid yag dialami seorang wanita tidak lebih dari satu minggu lamanya.
Siklus menstruasi adalah siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan primata betina dewasa seksual yang ditandai dengan adanya haid. Pada manusia menstruasi biasanya berakhir pada umur di atas 45 hingga 50 tahun, periode ini biasa disebut periode menopause. Lama siklus menstruasi biasanya kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi biasanya dimulai antara usia 12 dan 15 tahun. Periode ini biasa disebut periode menarch, dan terus berlangsung hingga mencapai periode menopause.

B.     Hormon-hormon yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan).
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1.      FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
2.      LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3.      PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
1.      Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya.
2.      Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.
3.      Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik).
4.      Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron.
5.      Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal.
6.      Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum.
7.      Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi.
8.      Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

C.    Mekanisme dan Proses Terjadinya Menstruasi (Fase-fase Menstruasi)
Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi terjadi dalam satu siklus terdiri atas 4 fase :
1.      Fase Folikuler / Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke- 14)
 Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai dari hari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 - 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 - 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang serbanyak 28 - 283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
2.      Fase Luteal / fase sekresi / fase pramenstruasi (hari ke-14 sampai hari ke-28)
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini peningkatkan hormon progesteron yang bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, digunakan untuk penghambatan masuknya sperma ke dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir fase ini.
3.      Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan higiene pada daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
4.      Fase Regenerasi / pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.
D.    Hal-hal yang Dialami Selama Menstruasi
1.      Nyeri Haid
Kebanyakan remaja putri sering mengalami kram sewaktu menstruasi. Rasa sakit di perut bagian bawah, kadang meluas ke pinggul, punggung bagian bawah atau paha. Bahkan ada yang merasa mual, muntah, atau diare. Sedikit kram perut pada hari pertama atau kedua haid yang terjadi merupakan hal yang biasa. Lebih dari separuh perempuan mengalaminya. Namun sekitar 10% perempuan mengalami rasa sakit yang demikian hebat hingga perlu minum obat untuk dapat mengatasi rasa sakit tersebut. Bila tidak ada kelainan ginekologis, rasa nyeri tersebut disebut dismenorea primer. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar prostaglandin (zat yang membuat otot-otot rahim berkontraksi dan melepaskan dindingnya). Meskipun sakit, dismenorea primer tidak berbahaya. Rasa nyeri ini biasanya lenyap pada pertengahan usia 20-an atau setelah melahirkan.
Rasa nyeri yang disebabkan oleh gangguan ginekologis disebut dismenorea sekunder. Hal ini bisa disebabkan oleh tumor fibroid (suatu tumor jinak pada dinding rahim), penyakit yang ditularkan akibat hubungan seksual, endometriosis, penyakit radang panggul, adanya kista atau tumor pada indung telur. Untuk mengatasi nyeri haid, Anda dapat meminum obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Atau cobalah berendam dengan air hangat. Namun segeralah ke dokter jika nyeri haid menghebat atau disertai demam, merasa mual yang tidak biasa, muntah atau nyeri perut, atau jika tetap nyeri setelah hari ketiga haid.
2.      Menstruasi Tidak Teratur
Remaja putri kadang mengalami menstruasi yang tidak teratur. Menstruasi yang tidak teratur ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar hormon akibat stres atau sedang dalam keadaan emosi. Di samping itu, perubahan drastis dalam porsi olahraga atau perubahan berat badan yang drastis juga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur. Di sinilah pentingnya mengetahui pola siklus menstruasi Anda.


BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
1.      Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi.
2.      Hormon-hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah hormon pembebas gonadotropin (GnRH), hormon perangsang folikel (FSH), hormon luteinisasi (LH), PIH, estrogen dan progesteron.
3.      Mekanisme terjadinya menstruasi terdiri dari fase-fase yaitu fase folikuler/proliferasi, fase luteal/sekresi, fase menstruasi, dan fase regenerasi
4.      Hal-hal yang biasa terjadi selama menstruasi contohnya adalah nyeri haid dan menstruasi tidak teratur.

B.     Saran
1.      Materi yang disajikan belum dapat diuraikan secara lebih spesifik.
2.      Sumber-sumber masih perlu diperkaya.
3.      Penyusunan masih membutuhkan penkajian lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makasar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Adnan. Pagarra, Halifah. 2009. Struktur Hewan.Makasar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.

AnonimI. 2010. Fisiologi Haid. http:// ksuheimi.blogspot.com/2008/06/fisiologi-haid.html

AnonimII. 2010. Fisiologi Menstruasi. http://www.klikdokter.com/userfiles/fisio1.JPG

AnonimIII. 2010. Remaja Putri dan Siklus Menstruasi. http://medikastore.com/ artikel/249/14

Bazaid Ali, dkk. 1993. Endokrinologi ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius dan Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia.

Campbell, Neil A. 2004. Biologi Edisi V Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi V. Jakarta: Erlangga 

Prawirohardjo, Sarwono.1997.  Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


 m